gunung bugel

Ini adalah pemandangan dari belakang rumah mertua. Gambar atas ketika musim kemarau dan gambar bawah ketika musim banyak air. Mohon abaikan gambar orangnya. hehe …
Rumah mertua ini ada di kaki gunung, meski tidak tepat betul di kakinya, tapi dari belakang rumah jelas terlihat wujud gunungnya. Sebuah gunung batu, karena relatif tandus dan banyak batu-batu besar di puncaknya. Gunung Bugel namanya. Sekilas wujdnya seperti kapal tertelungkup, dan memang ada beberapa versi cerita asal muasal nama gunung ini. Serupa tapi tidak sama dengan cerita Gunung Tangkuban Perahu.
***
Versi pertama.
Dulu, merantaulah Tan, seorang pemuda dari China sampai di Pulau Jawa. Kisah pengelanaan sang pemuda dikarenakan keluarganya tidak menyetujui hubungan dengan sang kekasih, Lin.
Lin akhirnya menikah dengan Swie, seorang saudagar yang kaya raya. SIngkat cerita, ada di suatu masa ketika Lin dan Swie melakukan perjalanan ke Tanah Jawa dengan kapal dan bertemu dengan Tan. Adu mulut pun tak terhindarkan, hingga berujung pada perkelahian. Perkelahian kedua pemuda itu berakhir pada bunuh dirinya Lin yang diikuti oleh Swie. Dengan perasaan kecewa dan amarah yang luar biasa, Tan berlari dan menendang kapal Swie. Kapal terpental dan tertelungkup di Desa Pancuran yang sekarang dikenal dengan nama Desa Pancur.
Mengikuti hikayat masa lalu yang kadang tidak masuk akal, kapal yang ditendang itu pun berubah menjadi gunung tanpa puncak alias bugel/bujel.
Versi kedua
Dahulu, berlabuhlah kapal-kapal yang membawa rombongan pedagang dan pelaut dari Cina di bawah pimpinan Dampo Awang. Mereka berlabuh di pesisir pantai utara Jawa tepatnya di Desa nDasun. Karena keramahannya, masyarakat setempat pun menerima rombongan dengan baik. Tetapi rupanya seriring berjalannya waktu, sifat Dampo Awang menjadi congkak alias sombong dan semena-mena.
Berita perangai Dampo Awang yang semena-mena itu pun terdengar oleh Sunan Bonang. Alih-alih berhasil menasehati, yang ada justru Dampo Awang menantang sang Sunan untuk duel.
Duel pun terjadi. Keduanya sama-sama sakti madraguna. Pertempuran tak saja terjadi di darat tapi juga terjadi di udara, Suatu ketika Dampo Awang kembali ke kapalnya, tapi Sunan Bonang justru terbang ke atas bukit. Dan dari bukit itu, sang Sunan mengeluarkan ajiannya yang menyebabkan kapal Dampo Awang pecah berhamburan. Jangkarnya terpental di pantai, yang sekarang bernama Pantai Kartini (Dampo Awang Beach), layarnya membatu menjadi Bukit Layar di Desa Bonang dan lambung kapalnya tertelungkup menjadi Gunung Bugel.
Bagi masyarakat lokal, terutama saya, versi kedua yang sepertinya lebih familiar. Wallahu “alam bishawab.
Komentar
Posting Komentar